Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya dan Peninggalannya

Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, yang berkuasa dari abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi. Terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Sumatra, Indonesia, Sriwijaya memainkan peran penting dalam sejarah maritim dan perdagangan di kawasan ini.

Dikenal karena pengaruhnya yang luas dalam politik, ekonomi, dan budaya, Sriwijaya juga merupakan pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya, perkembangan dan kejayaannya, serta peninggalan-peninggalannya yang masih ada hingga saat ini.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 Masehi di Sumatra, dan selama beberapa abad berikutnya, kerajaan ini berkembang menjadi kekuatan maritim yang dominan di Asia Tenggara.

  1. Asal Usul dan Pendiriannya

Sriwijaya pertama kali disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang, Sumatra Selatan, yang bertanggal 682 Masehi. Prasasti ini menyebutkan bahwa Dapunta Hyang, seorang raja dari kerajaan ini, melakukan perjalanan suci dan menaklukkan beberapa wilayah. Ini menunjukkan bahwa Sriwijaya sudah menjadi kekuatan regional pada masa itu. Lokasi strategis di sepanjang Selat Malaka membuat Sriwijaya ideal sebagai pusat perdagangan, yang membantu mempercepat pertumbuhannya sebagai kerajaan maritim yang kuat.

  1. Ekspansi dan Dominasi

Setelah pendiriannya, Sriwijaya segera melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah sekitarnya, termasuk Semenanjung Malaya dan sebagian besar Nusantara. Ekspansi ini tidak hanya didorong oleh keinginan untuk menguasai jalur perdagangan yang vital, tetapi juga oleh kebutuhan untuk mengontrol produksi dan distribusi komoditas penting seperti rempah-rempah dan emas. Dengan menguasai jalur perdagangan utama, Sriwijaya mampu mengumpulkan kekayaan besar dan menarik para pedagang dari India, Tiongkok, dan Arab.

  1. Pengaruh Agama dan Kebudayaan

Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Raja-raja Sriwijaya, yang merupakan penganut Buddha Mahayana, memainkan peran penting dalam penyebaran agama ini melalui jaringan biara dan pusat pembelajaran. Salah satu peninggalan terkenal adalah catatan dari seorang biksu Tiongkok, I-Tsing, yang menggambarkan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran Buddha yang penting. Dengan demikian, pengaruh agama dan kebudayaan Sriwijaya menyebar luas ke seluruh Asia Tenggara.

Kejayaan dan Kejatuhan Kerajaan Sriwijaya

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berlangsung selama beberapa abad, tetapi akhirnya mengalami kemunduran dan kejatuhan akibat berbagai faktor.

  1. Puncak Kejayaan

Pada puncak kejayaannya, sekitar abad ke-9 hingga ke-10, Sriwijaya menguasai hampir seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kemampuan Sriwijaya untuk mengontrol perdagangan laut membuatnya menjadi pusat kekuatan ekonomi dan politik. Kerajaan ini memiliki angkatan laut yang kuat yang digunakan untuk melindungi kepentingan dagangnya dan menaklukkan wilayah-wilayah baru. Kekayaan dari perdagangan ini memungkinkan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kebudayaan di wilayah kekuasaan Sriwijaya.

  1. Persaingan dan Konflik

Kejayaan Sriwijaya tidak bertahan selamanya. Pada akhir abad ke-11, kerajaan ini mulai menghadapi persaingan dari kerajaan-kerajaan lain, seperti Chola di India dan Majapahit di Jawa. Serangan-serangan dari kerajaan-kerajaan ini, terutama serangan besar dari Kerajaan Chola pada tahun 1025, melemahkan kekuasaan Sriwijaya. Selain itu, munculnya jalur perdagangan baru yang melewati Selat Sunda juga mengurangi dominasi Sriwijaya atas perdagangan maritim.

  1. Kemunduran dan Kejatuhan

Pada abad ke-13, kekuatan Sriwijaya semakin melemah akibat serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga dan pemberontakan internal. Faktor lain yang berkontribusi pada kejatuhan Sriwijaya termasuk perubahan dalam jalur perdagangan internasional dan perkembangan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara yang menantang dominasi Sriwijaya. Pada akhirnya, Sriwijaya runtuh dan wilayahnya diintegrasikan ke dalam kerajaan-kerajaan yang lebih kuat di Asia Tenggara.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Meskipun Kerajaan Sriwijaya telah lama runtuh, peninggalan-peninggalannya masih dapat ditemukan dan memberikan wawasan tentang kejayaannya di masa lalu.

  1. Prasasti dan Artefak

Beberapa prasasti dan artefak yang ditemukan di Sumatra dan Semenanjung Malaya memberikan informasi berharga tentang sejarah Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan Telaga Batu adalah beberapa contoh prasasti yang mencatat peristiwa penting dalam sejarah kerajaan ini. Artefak-artefak seperti patung Buddha, stupa, dan peralatan sehari-hari yang ditemukan di situs-situs arkeologi juga memberikan gambaran tentang kehidupan di Sriwijaya.

  1. Situs Arkeologi

Situs-situs arkeologi yang terkait dengan Kerajaan Sriwijaya tersebar di Sumatra, terutama di daerah Palembang. Salah satu situs paling terkenal adalah Candi Muaro Jambi, yang dipercaya sebagai salah satu pusat keagamaan dan pendidikan Buddha di masa Sriwijaya. Penggalian arkeologi di daerah ini telah mengungkap berbagai struktur bangunan, artefak, dan peninggalan lainnya yang memberikan gambaran tentang kehidupan dan kebudayaan di Sriwijaya.

  1. Pengaruh Budaya dan Bahasa

Peninggalan lain dari Kerajaan Sriwijaya adalah pengaruh budaya dan bahasa yang masih terasa hingga saat ini. Bahasa Melayu, yang digunakan sebagai lingua franca di Sriwijaya, berkembang menjadi bahasa Indonesia modern dan digunakan sebagai bahasa resmi di Indonesia dan Malaysia. Pengaruh budaya Sriwijaya juga terlihat dalam berbagai tradisi, seni, dan arsitektur di Asia Tenggara, yang mencerminkan warisan kebudayaan kerajaan ini.

Penutup

Kerajaan Sriwijaya memainkan peran penting dalam sejarah Asia Tenggara sebagai pusat perdagangan, agama, dan kebudayaan. Dari awal pendiriannya di Sumatra hingga mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan maritim yang dominan, Sriwijaya meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah kawasan ini. Meskipun akhirnya mengalami kemunduran dan kejatuhan, peninggalan-peninggalannya, baik dalam bentuk prasasti, situs arkeologi, maupun pengaruh budaya dan bahasa, terus memberikan wawasan tentang kejayaannya di masa lalu. Melalui peninggalan-peninggalan ini, kita dapat memahami lebih baik bagaimana Sriwijaya berperan dalam membentuk sejarah dan kebudayaan di Asia Tenggara.