Bahasa Melayu memiliki peran penting selama masa Kerajaan Sriwijaya, yang berkuasa dari abad ke-7 hingga ke-13. Sebagai kerajaan maritim yang dominan di Asia Tenggara, Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu sebagai alat komunikasi yang vital dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pemerintahan, perdagangan, dan agama.
Bahasa ini tidak hanya digunakan oleh penguasa dan masyarakat Sriwijaya, tetapi juga menyebar ke wilayah lain melalui jaringan perdagangan dan pengaruh budaya kerajaan. Artikel ini akan membahas fungsi bahasa Melayu pada zaman Kerajaan Sriwijaya melalui tiga aspek utama: administrasi dan pemerintahan, perdagangan dan ekonomi, serta penyebaran agama dan budaya.
Administrasi dan Pemerintahan
Pada masa Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan secara luas dalam administrasi dan pemerintahan, menjadi alat penting untuk mengatur kerajaan yang luas dan beragam.
- Bahasa Resmi Pemerintahan
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam administrasi dan pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Dalam menjalankan pemerintahan, raja-raja Sriwijaya dan para pejabat kerajaan menggunakan bahasa Melayu untuk mengeluarkan perintah, hukum, dan kebijakan. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ini memungkinkan komunikasi yang efektif di antara berbagai wilayah kekuasaan Sriwijaya yang tersebar luas, dari Sumatra hingga Semenanjung Malaya dan kepulauan sekitarnya. Hal ini memudahkan pengaturan dan koordinasi administrasi di kerajaan yang multietnis dan multibahasa ini.
- Pencatatan dan Dokumentasi
Bahasa Melayu juga digunakan dalam pencatatan dan dokumentasi resmi kerajaan. Prasasti-prasasti yang ditemukan di wilayah kekuasaan Sriwijaya, seperti Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo, ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Pallawa. Prasasti-prasasti ini mencatat berbagai peristiwa penting, keputusan kerajaan, serta undang-undang yang dikeluarkan oleh penguasa. Dengan demikian, bahasa Melayu berperan penting dalam menjaga kesinambungan administrasi dan tradisi hukum di Kerajaan Sriwijaya.
- Komunikasi Antar Wilayah
Sebagai kerajaan maritim yang luas, Sriwijaya memerlukan bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi antara berbagai wilayah dan komunitas yang berada di bawah kekuasaannya. Bahasa Melayu, dengan fleksibilitas dan kesederhanaannya, menjadi pilihan yang ideal untuk tujuan ini. Penggunaan bahasa Melayu memungkinkan penguasa Sriwijaya untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan berbagai kelompok etnis dan budaya yang berada di bawah pengaruh mereka. Dengan bahasa Melayu, komunikasi dan integrasi antar wilayah kekuasaan menjadi lebih efektif dan efisien.
Perdagangan dan Ekonomi
Bahasa Melayu berfungsi sebagai alat utama dalam perdagangan dan ekonomi pada masa Kerajaan Sriwijaya, yang menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara.
- Bahasa Perdagangan
Sebagai pusat perdagangan maritim yang penting, Sriwijaya menjadi tempat pertemuan para pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Tiongkok, India, Arab, dan wilayah Nusantara lainnya. Bahasa Melayu digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perantara dalam transaksi perdagangan. Hal ini memungkinkan para pedagang dari berbagai latar belakang untuk berkomunikasi dengan mudah dan efisien. Penggunaan bahasa Melayu dalam perdagangan meningkatkan pertukaran barang, jasa, dan informasi, serta memperkuat posisi Sriwijaya sebagai pusat perdagangan regional.
- Perjanjian dan Kerjasama Dagang
Bahasa Melayu juga digunakan dalam perjanjian dan kerjasama dagang antara Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan lain atau komunitas pedagang asing. Dokumen-dokumen resmi seperti perjanjian dagang, pernyataan kerjasama, dan kontrak dagang ditulis dalam bahasa Melayu untuk memastikan bahwa semua pihak memahami isi perjanjian dengan jelas. Ini membantu menciptakan kepercayaan dan memastikan kelancaran transaksi ekonomi antara Sriwijaya dan mitra dagangnya. Penggunaan bahasa Melayu dalam perjanjian dagang memperkuat reputasi Sriwijaya sebagai mitra dagang yang dapat dipercaya.
- Penyebaran Bahasa melalui Perdagangan
Bahasa Melayu menyebar ke berbagai wilayah melalui aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya. Pedagang Melayu yang berdagang di luar wilayah Sriwijaya membawa serta bahasa mereka, memperkenalkan bahasa Melayu kepada komunitas-komunitas baru yang mereka temui.
Dengan demikian, bahasa Melayu menjadi lebih dikenal di wilayah-wilayah seperti Semenanjung Malaya, Sumatra, dan kepulauan lainnya, bahkan hingga ke pulau-pulau di luar Nusantara. Penyebaran bahasa ini memperkuat posisi bahasa Melayu sebagai lingua franca di Asia Tenggara.
Penyebaran Agama dan Budaya
Bahasa Melayu juga berfungsi sebagai alat penyebaran agama dan budaya pada masa Kerajaan Sriwijaya, membantu menyebarkan pengaruh agama Buddha dan kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.
- Penyebaran Agama Buddha
Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat pembelajaran agama Buddha di Asia Tenggara. Bahasa Melayu digunakan oleh para biksu dan pendeta Buddha untuk menyebarkan ajaran agama dan menulis teks-teks keagamaan. Bahasa ini digunakan dalam pengajaran dan ritual keagamaan, serta dalam penerjemahan teks-teks suci Buddha dari bahasa Sanskerta.
Penggunaan bahasa Melayu dalam penyebaran agama Buddha membantu memperluas pengaruh agama ini di Asia Tenggara dan memperkuat posisi Sriwijaya sebagai pusat kebudayaan Buddha.
- Pendidikan dan Pembelajaran
Bahasa Melayu juga digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran di Kerajaan Sriwijaya, terutama dalam konteks agama dan filsafat. Para sarjana dan pendeta di Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu untuk menulis dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, termasuk agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan alam.
Penggunaan bahasa Melayu dalam pendidikan membantu menyebarkan pengetahuan dan kebudayaan Melayu ke wilayah-wilayah di bawah pengaruh Sriwijaya, memperluas cakupan pengaruh budaya Melayu di Asia Tenggara.
- Pengaruh Budaya Melayu
Selain dalam konteks agama dan pendidikan, bahasa Melayu juga berfungsi sebagai alat penyebaran budaya Melayu di Asia Tenggara. Melalui penggunaan bahasa Melayu dalam seni, sastra, dan ritual budaya, kebudayaan Melayu menyebar ke berbagai wilayah di Asia Tenggara.
Karya sastra seperti hikayat dan syair, serta seni pertunjukan seperti makyong dan wayang, menggunakan bahasa Melayu dan memperkenalkan budaya Melayu kepada masyarakat luas. Pengaruh budaya Melayu ini memperkuat identitas bersama di antara masyarakat di Asia Tenggara dan memperkuat posisi bahasa Melayu sebagai bahasa penghubung budaya.
Penutup
Bahasa Melayu memainkan peran sentral dalam berbagai aspek kehidupan di Kerajaan Sriwijaya, mulai dari administrasi dan pemerintahan hingga perdagangan, agama, dan budaya. Sebagai bahasa resmi, bahasa Melayu memungkinkan Sriwijaya mengelola wilayahnya yang luas dan beragam secara efektif. Sebagai bahasa perdagangan, bahasa ini membantu Sriwijaya membangun hubungan ekonomi yang kuat dengan berbagai mitra dagang.
Dan sebagai alat penyebaran agama dan budaya, bahasa Melayu memperluas pengaruh Sriwijaya di Asia Tenggara. Dengan demikian, bahasa Melayu tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga menjadi simbol kebudayaan dan identitas di Asia Tenggara, menghubungkan berbagai komunitas dan membentuk jejaring budaya yang kaya dan beragam.